Senin, 10 Januari 2011

Meditasi dengan Dzikir

TEKNIK/METODE/THORIQOH
TENTANG DZIKIR BATINIYAH (Tidak Diucapkan Dengan Lesan)

Untuk Kalangan Sendiri
Dilarang Mencoba Tanpa Bimbingan


Note :
Awalilah Segala Sesuatu Dengan Niyat Karena Allah Semata
Janganlah Menuhankan Selain Allah
Kenalilah Allah !

I. Teknik Dzikir :

            Dasar teknik dzikir yang utama adalah adanya kesadaran bahwa yang dzikir Allah sendiri, kita hanya wadah atau alat.

Perhatikan Surat Al-Anfaal ayat 17 (8:17) :

“Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar mereka ketika engkau melempar tetapi Allah yang melempar; dan Allah hendak menguji orang-orang yang beriman dengan ujian yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

            Dengan demikian analog ayat di atas bahwa bukan kamu yang dzikir tetapi Allah-lah yang dzikir ketika kamu berdzikir.
Sebagai contoh Al-Qur’an adalah firman Allah, pada waktu membaca kita sadari bahwa yang berfirman adalah Allah langsung.


Untuk mempermudah konsentrasi pada waktu latihan maka mata ditutup, mulut ditutup dan lidah di tekuk/di lipat keatas (hal ini sesuai hadits), di dalam ruang gelap atau di alam bebas malam hari, kalau perlu mata masih ditutup pakai kain penutup, telinga juga ditutup atau disumbat pakai kapas dikasih air atau memakai alat penutup lain.
            Posisi tubuh rilex, tidak sepaneng/tegang dan pakaian dalam keadaan longgar, termasuk jangan sampai kemaluan terjepit (bagi laki-laki). Semua dalam kondisi longgar dan rilex, tapi serius tidak sembrono/tidak main-main atau buat bercandaan.

1.Teknik Membayangkan, Mencipta dan Merasakan :
   a. Sensus Exterior :
            Pada waktu meditasi disertai dzikir sekitar 7 s.d 10 menit, maka sebagai tahap awal adalah membuat program yaitu melatih membayangkan sesuatu, kemudian bayangan yang sudah terfokus itu dicipta atau dinampakkan dalam penglihatan hati, setelah nampak nyata dalam hati sesuai yang dikehendaki maka terus dirasakan dalam hati. Untuk tahapan awal cukup segala sesuatu yang ada dalam fenomena atau alam lahiriyah dan disebut kemampuan sensus exterior. Jadi meskipun mata dalam keadaan terpejam bisa membayangkan, mencipta (melihat seperti di alam mimpi) dan merasakan segala sesuatu yang sifatnya lahiriyah yang kita kehendaki (kita program sendiri).
Sebagai contoh membayangkan gelas (bukan piring, bukan sendok atau bukan yang lainnya), setelah betul-betul terfokus pada gelas langkah selanjutnya mencipta gelas (jadi mata terpejam tapi bisa melihat gelas) setelah benar-benar nyata yang dilihat adalah gelas bukan yang lainnya, maka langkah selanjutnya adalah merasakan, misalnya rasa memegang gelas itu, atau rasa meminum air yang ada dalam gelas itu.
Contoh lain, misalnya membayangkan orang (temannya, saudaranya atau yang lain) setelah terfokus si A, bukan si B atau C, terus dicipta dalam keadaan tutup mata bisa melihat si A dengan mata hati, kemudian dirasakan, misalnya bersalaman, berbicara atau omong-omongan, dsb.
Khusus untuk wawancara/dialog teknik awal yang digunakan seperti dalang, bicara sendiri menjawab sendiri.
Sebagai catatan kesadaran akan Allah harus selalu ada menyatu terus dalam diri, kalau bisa diusahakan terus menerus dzikir 24 jam, selamanya sampai waktu tak terhingga.
b. Sensus Interior :
            Setelah tahapan latihan sensus exterior mahir, latihan ditingkatkan ke sensus interior, yaitu membayangkan, mencipta dan merasakan segala sesuatu yang tidak ada di fenomena lahir, berarti dalam hal ini latihan udah masuk ke dimensi gaib (dalam arti gaib yang sudah ada misal alam jin, alam setan, malaikat, roh-roh orang mati dsb., bukan gaib hakiki atau gaib yang benar-benar masih hak Allah misal sa’at terjadinya hari kiyamat).
            Prinsip latihannya sama dengan sensus exterior, tetapi hukum dan keadaannya sama sekali tidak ada di alam lahir, itulah yang berada di alam gaib. Apabila prinsip, hukum dan keadaannya sama dengan alam lahir berarti masih tingkat kemampuan sensus exterior.
Hasil yang di dapat pada tingkat ini sudah benar-benar mendasarkan diri pada Ridho Allah, maka dzikirnya jangan sampai terputus.
Contoh tahapan ini misalnya menginginkan membayangkan makhluk tertentu, tetapi setelah masuk ke cipta yang muncul lain dengan yang ada dalam bayangan awal dan sama sekali tidak ada di alam lahir. Kemudian di rasakan kehadirannya dan kalau perlu diadakan dialog sama dengan proses sensus exterior.
Sebagai catatan kalau latihan ini dirutinkan maka akan sampai pada kemampuan baik sensus exterior maupun kemampuan sensus interior secara otomatis tanpa proses membayangkan terlebih dulu.

2. Teknik Keluar :
            Bahwa secara ilmiah yang kita gunakan adalah INTUISI, dimana untuk memperoleh kemampuan intuisi yang optimal kecepatan yang digunakan adalah sepersepuluh pangkat tujuh detik.
            Selanjutnya untuk mempermudah proses yang disebut ke luar istilah yang digunakan adalah AKU.
Sebagai contoh penggunaan istilah AKU adalah badanku, bayanganku, ciptaku, rasaku, rohku, nafsuku, pikiranku, tingkah-lakuku, dsb.
Sebagai catatan untuk proses keluar harus dibiasakan dzikir mrapat dulu, kemudian dipusatkan di jantung, sekiranya jantung sudah terasa berat (nggedibel) baru proses ke luar dilakukan.
Dan yang disebut ke luar hanyalah masuk ke dimensi yang lebih halus, dalam hal ini sebenarnya rohku tetap masih berada di badanku. Hanya aku yang mengembara ke dimensi lain.

a. Teknik Pertama :
Aku ke luar dari badanku (rasa, perasaan, merasa ke luar dari badan), kemudian aku mengitari badanku tiga kali ke arah kanan (searah jarum jam). Kemudian aku maju tiga langkah, terus menengok ke belakang aku melihat badanku sendiri sampai jelas (maksimal seperti keadaan dalam alam mimpi). Kalau sudah bisa hal yang demikian, itu berarti aku sudah ke ;luar dari badanku, itulah yang disebut ke luar dalam tuntunan ini. Jangan disamakan dengan pengertian “arogoh suksma” atau “out body experience” (OBE) bukan sama  sekali.
Kalau badan sudah nampak jelas maka menyebut dengan sebutan “Sabdo Ilang” tiga kali (sabdo ilang-sabdo ilang-sabdo-ilang) Maka badanku yang tadi dinampakkan sekarang dihilangkan, badanku jadi tidak nampak, mungkin tinggal nampak kursinya atau sekelilingnya saja.
Langkah selanjutnya aku mengembara baik ke dimensi sensus exterior maupun ke sensus interior atau menempuh jalan keduanya.
Sebagai contoh misal kemudian aku mengelilingi rumahku tiga kali, dalam aku mengelilingi rumahklu, aku melihat-lihat keadaan alam nyata sekaligus alam gaib yang ada disekeliling rumahku, aku mengadakan dialog dengan makhluk gaib yang ada disekeliling rumahku.
Selanjutnya aku kembali berada di depan badanku, terus menyebut dengan sebutan “Sabdo Pulih” tiga kali (sabdo pulih-sabdo pulih-sabdo pulih), maka badanku kembali nampak kemudian aku kembali merasa masuk berada di dalam badanku. Nafas diatur ke luar masuknya dengan dzikir nufus, dzikirnya di mantapkan (dimatke) sambil membuka mata pelan-pelan dan latihan tahap ini di akhiri dengan membaca hamdalah.
Sebagai catatan bahwa makhluk gaib yang ditemui pada tahapan ini adalah makhluk gaib pada tingkat “bekasaan”, yaitu dimensi gaib yang paling kasar.


b. Teknik Kedua :
Setelah mrapat aku naik ke ubun-ubun terus naik 30 meter di atas badanku, melihat ke bawah melihat badanku terus menyebut sabdo ilang tiga kali. Kemudian aku mengembara seperti contoh di atas, adapun kembalinya sama dengan teknik yang pertama, yaitu aku berada di depan badanku, mengucap sabdo pulih tiga kali, kemudian aku masuk ke badanku lagi, istirahat.
            Jika tahapan di atas sudah cukup dipahami prinsip-prinsip dan sudah mengadakan latihan sampai cukup mahir, maka dimulailah tataran selanjutnya yaitu tataran pertama sampai tataran akhir tataran keempat.

c. Teknik Ketiga :
            Jika teknik pertama dan kedua sudah mahir, maka dikembangkan dengan teknik-teknik yang lain sesuai kreativitas masing-masing.

d. Teknik Keempat :
            Setelah dapat mengembangkan teknik sendiri dan berhasil, maka teknik paling cepat jika akan mengadakan riset, maka proses ke luarnya aku sudah secara otomatis (tanpa meditasi) dengan kemampuan intuisi sepersepuluh pangkat tujuh detik, yaitu dalam waktu sekejab aku langsung tahu atau aku langsung bisa menjawab akan apa yang menyangkut permasalahan pada ruang lingkup sensus exterior maupun sensus interior yang kutuju, tentu disadari semua ini atas izin dan ridho Allah SWT.

II. Tataran Pertama :

1. Kearah Selatan :
a. Posisi badan menghadap selatan.
b. Dzikir, meditasi, mrapat, ke luar naik 30 meter, sabdo ilang, terus ke arah selatan sampai ditengah-tengah atas laut. Terus turun sampai dasar laut, tempat turunnya adalah pojok benteng kerajaan. Terus jalan ke arah timur sampai ketemu pintu gerbang kerajaan menghadap ke utara, di pintu gerbang ada penjaganya harus di amati bentuk atau wujud makhluknya dan senjata bawaannya. Kemudian meminta izin pada penjaga gerbang itu untuk ketemu ratunya yaitu Ratu Kidul. Sekiranya penjaga gerbang ,memberi izin, maka aku terus masuk kerajaan, di mana kalau aku menoleh ke kanan maka disitu akan terlihat gamelan kerajaan, kemudian terus maju jalan ke selatan dan jika aku menoleh ke kanan lagi maka akan nampak ruang makan kerajaan. Aku terus jalan maju ke selatan kemudian belok ke kanan masuk ke ruang ratu. Disitu aku bersalaman dan berkenalan dengan ratu, aku memberi kenang-kenangan sebagai tanda perkenalan, kemudian aku juga ganti meminta kenang-kenangan dari ratu. Harus diingat bentuk kenang-kenangan dari ratu dan ditanyakan gunanya. Begitu juga sebagai pertemuan yang pertama kali harus diingat bentuk baju ratu dan warna bajunya. Kemudian aku pamitan dengan bersalaman dan mengatakan kapan-kapan untuk berkunjung lagi, terus ke luar kerajaan, berpamitan pada penjaga, naik 30 meter di atas laut, kembali 30 meter di atas badan, turun di depan badan, sabdo pulih, kembali ke badan, dzikir, istirahat.
c. Ratu Kidul mempunyai keahlian dalam hal ilmu black magic, ada sesuatu permasalahan dengan black magic, maka pemecahannya bisa berkonsultasi dengan ratu kidul.
d. Sebagai larangan, ada istilah jangan mau dijamu telur ceplok maksudnya jangan mau diajak berhubungan sebagai suami-istri, jangan mau diajak ke ruang pengalapan yaitu arahnya dari pintu gerbang masuk lurus ke selatan sampai ujung, dan jangan mengembara (riset gaib) di luar kerajaan ke arah timur, di situ ada perempatan yang sekitarnya penuh dengan perumahan gaib, dikhawatirkan kalau bingung sehingga bisa sakit. Riset dibatasi hanya sekitar taman kerajaan yaitu dibelakang ruang ratu, atau di kandang kuda dipinggir benteng kerajaan tapi masih di dalam kerajaan.
e. Setelah dituntun oleh penuntun untuk pertama kali, selanjutnya boleh dilatih sendiri, dikembangkan, mencari ilmu sendiri, mengambil manfa’atnya dari latihan ke arah selatan ini, yaitu kerajaan ratu kidul.
f. Yang penting bahwa pertemuan dengan ratu kidul adalah sebagai perkenalan sekaligus penaklukan, sehingga tidak perlu takut lagi dengan “bekasaan” (jin-jin kasar) yang ada di sekitar kita, karena ratunya sudah takluk, sebagai bukti dia sudah memberi kenang-kenangan.
g. Di samping itu pengetahuan gaib tersebut sebagai pelajaran agar kalau kita mati kelak di alam kubur tidak tersesat di kerajaan ratu kidul, tapi mati bisa Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un, tidak wa ratu kidul rooji’un.

2. Kearah Utara :
a. Posisi badan menghadap utara.
b. Cara ke luar sama dengan teknik ke selatan, setelah badan sabdo ilang aku ke arah utara melewati hutan-hutan yang lebat dan pohon serta dedaunannya besar-besar. Ke arah utara terus sampai ke alam yang situasi alamnya kekuning-kuningan. Kemudian aku turun, disitu ada kerajaan dimana pohon-pohonnya daunnya besar-besar. Seperti pada proses ke selatan aku menemui penjaga kerajaan memperkenalkan diri dan meminta izin untuk bertemu rajanya.
c. Pertama kali bertemu dengan raja etikanya adalah memperkenalkan diri, namanya, nama penuntunnya, hubungannya dengan penuntun. Kemudian memberikan kenang-kenangan dan meminta kenang-kenangan serta menanyakan manfaatnya. Setelah semua jelas maka pamitan untuk kembali, ke luar kerajaan, pamitan yang jaga, naik 30 meter, kembali berada 30 meter di atas badan, turun di depan badan, banda di sabdo pulih, aku masuk ke badanku.
d. Raja penguasa bagian utara mempunyai keahlian dalam hal pangkat, drajat. Ada permasalahan tentang pangkat dan derajat dapat berkonsultasi pada raja utara. Maka raja utara akan memberikan resep-resepnya baik yang versifat lahir, gaib maupun resep do’a.

3. Kearah Timur :
a. Posisi badan menghadap timur.
b. Cara sama dengan utara, tetapi situasi alamnya kemerah-merahan.
c. Proses sama dengan ke utara.
d. Keahliannya dalam hal keamanan baik lahir maupun gaib.

4. Kearah Barat :
a. Posisi badan menghadap barat.
b. cara sama dengan di atas, tetapi situasi alamnya remang-remang.
c. Proses yang dilakukan sama dengan yang di atas.
d. Rajanya manusia berkepala gajah, namanya Ganesha.
e. Keahliannya dalam hal ilmu pengetahuan.

5. Kearah Tenggara (serong timur-selatan) :
a. Posisi badan menghadap ke tenggara.
b. Mrapat, naik ke ubun-ubun, berdiri di atas kepala, terus naik 75 derajat ke arah tenggara sampai ketemu rumah (gubug) yang dijaga sepasang kakek dan nenek yang bernama eyang Rono dan eyang Rani,
c. Proses sama dengan yang sebelumnya.
d. Keahliannya dalam hal pengobatan penyakit yang bersifat umum baik lahir, batin maupun gaib.

6. Kearah Barat-Daya (serong selatan-barat) :
a. Posisi badan menghadap ke barat daya.
b. Setelah mrapat, naik ke ubun-ubun, mutar lewat tulang belakang, ke luarnya aku lewat iga sebelah kiri, sampai ketemu “alam pasiksan”, yaitu tempat orang-orang yang disiksa kubur.
c. Kembalinya lewat iga kiri, ke belakang, lewat tulang belakang, naik memutar sampai ubun-ubun, kembali ke jantung.
d. Hikmah diperkenalkan alam ini, untuk memberi kesadaran adanya siksa kubur dan dapat membuktikan kebenaran hadits.

7. Kearah Barat-Laut (serong barat-utara) :
a. Posisi badan menghadap ke barat laut.
b. Proses sama dengan ke arah utara. timur, maupun barat. Terus ke arah barat laut sampai ketemu/berada di puncak gunung. Di balik gunung tersedia kendaraan. Apapun bentuk kendaraan itu di naiki dan sopir disuruh mengantar sampai ke alam kenabian. Setelah sampai ke alam kenabian, turun dari kendaraan dan disitu ketemu Nabi siapa ? Setelah jelas ketemu seorang nabi, maka kembali naik kendaraan menuju ke puncak gunung dan turun dari kendaraan. Aku kembali ke badanku, prosesnya sama dengan yang di atas.
c. Khusus alam kenabian setelah di tuntun oleh penuntun tidak boleh di ulang lagi. Dan harus secara jujur diberitahukan kepada penuntun ketemu nabi siapa ?

8. Kearah Timur-Laut (serong utara-timur) :
a. Posisi badan menghadap ke timur laut.
b. Mrapat, rasa, perasaan, merasa, aku ke luar dari badanku, mengelilingi badan tiga kali searah jarum jam, maju tiga langkah, menoleh melihat badannya sendiri, sabdo ilang tiga kali, terus aku ke arah timur laut sampai ketemu sebuah danau, aku terus melewati danau itu, di mana di seberang danau tersebut terdapat sebuah kipas raksasa yang arah putarannya searah dengan aku. Aku berusaha melompati kipas besar itu untuk melanjutkan perjalanan ke arah timur laut sampai ketemu sebuah rumah. Di dalam rumah itu ada seorang laki-laki bagus/tampan, kuning kulitnya, aku mengucapkan Assalamu’alaikum sambil berjabat tangan. Ternyata jari-jari tangannya empuk/halus laksana kapas dan jari-jarinya rata. Itulah Nabi Khidir.
c. Proses yang di lalui sama, waktu kembalinya aku mengucapkan salam, dan jalannya menempuh jalan waktu datang, yaitu harus melompati kipas, melewati danau dan kembali masuk ke dalan badanku.
d. Nabi Khidir ahli dalam hal ilmu gaib, belajarlah pada beliau tentang ilmu-ilmu gaib.

9. Naik 75 Derajat kearah Timur :
a. Posisi badan menghadap ke timur.
b. Setelah mrapat, naik ke ubun-ubun, aku keluar lewat ubun-ubun, aku berdiri diatas kepalaku, terus naik 75 derajat ke timur, sampai ketemu kerajaan atau alam bidadari, yang ada di alam itu semua wanita cantik.
c. Proses sama dengan sebelumnya yaitu menemui Ratu Bidadari.
d. Keahliannya dalam hal problema rumah tangga.

10. Naik Lurus :
a. Posisi badan menghadapnya bebas.
b. Mrapat, naik ke ubun-ubun, aku berdiri diatas kepalaku, kemudian aku naik lurus dengan cara menjejak kepala (mancal), sampai aku berada disuatu lapangan yang sangat luas. Disitu tersedia kendaraan dan dinaiki untuk diantar sampai kerajaan Jin. Terus naik sampai ujung (mentok), aku keluar dari kendaraan, kemudian kepalaku diantukkan keatas (disundulke) maka terbuka pintu bundar untuk memasuki kerajaan Jin. Setelah aku bertemu Raja Jin aku berkenalan sebagaimana biasa dan aku meminta kenang-kenangan, tetapi untuk mendapatkan kenang-kenangan aku diuji dulu. Selanjutnya aku dibawa oleh Raja Jin untuk memasuki sebuah gedung pertemuan yang penuh dengan segala macam bentuk Jin. Disitu aku diadu dengan Jin. Aku harus menang, setelah aku menang, raja memberiku kenang-kenangan.
c. Kemudian aku pamit, jalannya pulang mengikuti jalan datang, yaitu keluar dari pintu bundar kemudian naik kendaraan jalan turun sampai lapangan, setelah sampai lapangan aku turun dari kendaraan, aku kembali ke badanku.

11. Turun Lurus :
a. Posisi badan menghadap bebas.
b. Mrapat, naik ke ubun-ubun, memutar turun lewat tulang belakang (ulo-ulo), turun lewat dubur sampai keujung dasar bumi, disitu ada kerajaan gaib yang rajanya berwujud ular bermahkota namanya “Onto Bogo”.
c. Proses ketemunya sama, jalan kembalinya seperti jalan datang.
d. Keahliannya dalam hal rizqi.

12. Turun Serong 30 Derajat ke Timur :
a. Posisi badan menghadap ke timur.
b. Proses keluar sama dengan kearah onto bogo, tetapi serong 30 derajat ke timur sampai ada rumah yang di dalamnya ada meja dan diatasnya ada kendi dan pecut (cemeti). Disitu ada seorang ibu setengah baya namanya Ibu Pertriwi.
c. Sebagaimana biasa ketemu pertama kali, dan jalan kembalinya sama.
d. Keahliannya dalam hal penyakit khusus penyakit anak-anak.

            Demikian tataran pertama dalam  tuntunan ini, ibarat sekolah tingkat dasar, selesai tingkat ini yaitu 12 tempat maka penuntun akan memberi 2 hadiah yaitu menemui “Sunan Kali” dan ke “Surgo Pengrantunan”.

*) Hadiah Tataran Pertama :
1. Menemui Sunan Kali :
a. Posisi badan menghadap kearah sungai yang paling besar di daerah latihan (riset).
b. Mrapat, mengitari badan tiga kali, menoleh kebelakang sabdo ilang, aku kemudian jalan mengikuti aliran air yang menuju kesungai yang besar. Menyusuri sungai sampai ketemu rumah joglo di pinggir sungai. Kemudian mengucap salam sambil bersalaman dan menanyakan apakah benar anda Sunan Kali, kalau benar maka prosesnya seperti latihan-latihan sebelumnya. Kemudian pamit dan kembalinya lewat jalan semula.
c. Sunan Kali ahli dalam hal masalah-masalah keduniaan.

2. Surgo Pengrantunan :
a. Posisi badan menghadap timur.
b. Mrapat, naik ke ubun-ubun, berdiri diatas kepala, terus naik 75 derajat tetapi kearah barat sampai ke langit. Terus mencari rumah yang di pintunya tertulis namaku. Kemudian aku menghapal tempat itu, kalau sudah yakin betul dan tidak akan lupa maka pintu rumah itu di bubuhi tanda tangan. Keadaan pintu dan tulisannya ukir-ukiran.
c. Itu adalah tempat menunggu sampai hari kiamat tiba kalau kita sudah meninggal dunia, maka harus diperhatikan benar rumahnya ada di langit yang keberapa (langit tingkat berapa).
d. Tidak boleh mengulang sendiri ke surga pengrantunan tanpa di dampingi penuntun. Oleh karena itu diperhatikan betul jangan sampai lupa.

*) Selesei Tataran Pertama Yang Perlu Diperhatikan :
1. Mengenal tingkat ini, dimaksudkan bahwa alam gaib penuh dengan kerajaan gaib, maka kalau kita meninggal dunia kelak harus waspada jangan sampai nyasar ke kerajaan tersebut, karena tempat kembali yang benar adalah kembali kepada Allah SWT., dan tempat menunggunya di langit, Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raaji’un (bukan innalillahi wa inna ilaihi demit roji’un atau selain Allah raaji’un).
Perhatikan Firman Allah SWT., surat Al-Israa” ayat 72 (17:72) :
“Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, ciscaya di akherat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (orang yang benar)”
2. Namun demikian masing-masing kerajaan, rajanya mempunyai keahlian, maka yang menginginkan mengembangkan tuntunan ini dapat langsung berguru secara gaib kepada masing-masing penguasa gaib setempat yang telah kita kenal.
3. Diluar 12 tempat yang pokok perlu kita kenal, maka pengembangannya juga mengadakan riset ketempat-tempat yang lain.
4. Setiap ganti sasaran riset sebaiknya tempat duduknya di geser.
5. Dan yang penting dijaga bahwa Iman harus kuat, I’tikad harus lurus, jangan sampai terlena di tingkat ini maka latihan harus segera dilanjutkan  ke tataran berikutnya.

III. Tataran Kedua :
1. Eter Hitam :
a. Posisi badan menghadap kiblat.
b. Mrapat, naik ke ubun-ubun, memutar kebelakang tutun lewat tulang belakang, dzikir cabang (mecah) di dua tempat yaitu ginjal kiri dan ginjal kanan dzikir bersamaan. Kemudian aku keluar dari badanku dan eter hitam kusuruh keluar dari badanku. Ujudnya seperti badanku tetapi berwarna hitam, kemudian aku masuk ke eter hitam badanku kusabdo hilang, sekarang aku berada di eter hitam mengadakan riset ke kuburan untuk menemui arwah orang yang sudah mati. Kuamati keadaan arwah itu sambil mengadakan dialog bagaimana keadaannya semasa dia hidup di dunia. Jadi dapat membuktikan kalau orang hidupnya di dunia seperti ini maka di alam kuburnya keadaannya seperti itu. Perjalanan memakai eter hitam terasa berat (nggedibel). Setelah cukup aku pulang berada didepan badanku sabdo pulih, aku masuk ke badanku dan eter hitam kusuruh masuk kebadan, di teruskan dzikir di 2 ginjal, naik lewat tulang belakang ke ubun-ubun terus kembali ke jantung.
c. Manfaat menggunakan eter hitam untuk melacak arwah di alam kubur.

2. Eter Putih :
a. Cara sama dengan proses eter hitam, tetapi yang dipakai eter putih, seperti badanku tetapi warnanya putih.
b. Berada di eter putih lebih ringan di banding berada di eter hitam.
c. Untuk melacak arwah yang lebih halus tingkatannya di alam kubur di banding yang di lacak dengan eter hitam.

3. Eter Kaca :
a. Proses sama, hanya eternya berbentuk kaca.
b. Lebih ringan dari eter sebelumnya.
c. Untuk melacak roh atau arwah yang lebih halus lagi tingkatannya.

4. Eter Asap (kukus) :
a. Proses sama, hanya eternya seperti badanku tetapi berujud asap.
b. Berada di eter asap sangat ringan seperti mau terbang.
c. Untuk melacak arwah yang lebih halus lagi tingkatannya.

5. Eter Lengkap (komplit) :
a. Proses sama tetapi semua eter disuruh keluar dari badan. Aku keluar dari badan masuk ke eter asap, kemudian pindah ke eter kaca, pindah ke eter putih dan terakhir aku berada di eter hitam. Eter putih, eter kaca dan eter asap di sabdo ilang, badan juga disabdo ilang. Aku riset berada di eter hitam untuk melihat-lihat keadaan alam lahir atau alam nyata yang belum pernah aku ketahui sebelumnya. Misal rumah temanku yang belum pernah aku kunjungi.
b. Proses kembalinya, eter putih, eter kaca dan eter asap sabdo pulih, badan sabdo pulih, aku keluar dari eter hitam ke eter putih terus ke eter kaca dan eter asap kemudian masuk ke badanku, semua eter kusuruh masuk, dzikir kembali ke jantung.
c. Manfaat penggunaan eter lengkap ini untuk mengadakan riset alam nyata (sensus exterior).

            Selesesai tataran kedua ibarat sekolah selesai tingkat SMP, maka penuntun akan memberikan hadiah berupa mengenal kakang kawah adi ari-ari.

*) Kakang Kawah Adi Ari-ari :
a. Caranya kalau mungkin, disediakan dulu bunga (kembang telon) dan telur ayam kampung di letakkan dalam mangkok berisi air sambil menghidupkan lilin, baru melaksanakan latihan ini.
b. Mrapat, naik ke ubun-ubun, berdiri diatas kepala, aku turun ke bumi dengan menghentak bumi (gedrug bumi) tiga kali. Kemudian kakang kawah adi ari-ari kusuruh keluar dari badan. Jumlahnya empat, bentuk dan rupanya mirip aku. Kemudian aku memberi tugas kepada kakang kawah adi ari-ari.
c. Kembalinya sama aku masuk lewat ubun-ubun kembali ke jantung. Setelah selesai proses melaksanakan tugas maka secara otomatis kakang kawah adi ari-ari akan kembali ke badanku dengan sendirinya tanpa diperintah lagi.
d. Manfaat kakang kawah adi ari-ari untuk tugas-tugas riset yang berat, yang perlu waktu berulang-ulang kali, maka cukup sekali memerintah kakang kawah adi ari-ari.
e. Untuk mengenal seseorang lebih dalam, maka dapat bertanya pada kakang kawah adi ari-ari orang tersebut.

            Tataran kedua selesai, bagi yang ingin mengembangkan ilmu maka tingkat eter ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, tetapi cenderung ilmu-ilmu keduniaan dan kalau tidak hati-hati dapat meresahkan masyarakat, misal ilmu memecah badan menjadi 2, 3 atau lebih bisa sampai 17. Badan berubah bentuk. Meniru kemampuan orang lain baik yang sudah mati maupun belum dengan tanpa belajar dulu. Misalnya ceramah, tetapi aku hanya wadah yang bicara sebenarnya orang lain. Meniru gerakan beladiri padahal belum pernah belajar beladiri, dsb. Tetapi yang paling penting untuk tingkat ini adalah untuk melacak posisi orang mati sudah sempurna belum di alam kuburnya ? Untuk pengembangan lebih lanjut bersifat individual, mencari sendiri tanpa bantuan penuntun.

IV. Tataran Ketiga :
1. Alam Cahaya Hitam :
a. Posisi badan tiduran kepala disebelah utara.
b. Mrapat, naik ke ubun-ubun, aku naik 75 derajat kearah selatan. Dalam perjalanan naik ketemu apapun berupa gangguan jangan ditanggapi. Cukup diperhatikan saja. Sampai masuk kealam cahaya hitam sebagai pusat nafsu lawwamah, semua yang ada di alam itu berwarna hitam.. Dari semua cahaya hitam itu ada sumber cahayanya, dan sumber atau mata cahaya hitam itu harus dicari sampai ketemu.
c. Kalau sumber cahaya sudah ketemu, maka aku masuk kesumber itu sampai aku merasa hitam semua. Di ingat-ingat tempatnya, jangan sampai lupa. Kemudian aku kembali masuk ke badanku.

2. Alam Cahaya Merah :
a. Posisi badan tiduran kepala disebelah barat.
b. Cara sama dengan kepusat cahaya hitam, tetapi sekarang menuju ke pusat cahaya merah 75 derajat naik ke timur, apapun di alam itu serba merah sebagai pusat nafsu amarah. Aku masuk ke sumber merah sampai aku merasa merah semua. Di ingat tempatnya, jangan sampai lupa. Kemudian kembali seperti biasa.

3. Alam Cahaya Kuning :
a. Posisi badan tiduran kepala disebelah selatan.
b. Cara sama naik 75 derajat ke utara, sampai kepusat cahaya kuning, sebagai pusat nafsu sufiyah. Aku masuk sumber cahaya kuning sampai aku merasa kuning semua. Di ingat-ingat tempatnya, jangan sampai lupa. Kemudian aku kembali kebadan.

4. Alam Cahaya Putih :
a. Posisi badan tiduran kepala disebelah timur.
b. Aku naik 75 derajat kearah barat sampai kepusat cahaya putih sebagai pusat nafsu muthmainah. Aku masuk ke sumber cahaya putih sampai aku merasa putih. Di ingat-ingat tempatnya, jangan sampai lupa. Kemudian aku kembali ke badan.

5. Alam Cahaya Hijau :
a. Posisi badan tiduran arah kepala bebas, lebih baik kearah kiblat.
b. Cara sama, naik lurus sampai kealam cahaya hijau yaitu pusat nafsu uluhiyah. Aku masuk ke sumber cahaya hijau sampai aku merasa hijau semua. Jangan sampai lupa tempatnya, kemudian aku kembali ke badan.

            Tataran ketiga selesai ibarat sekolah sudah selesai tingkat SMU, maka penuntun akan memberi hadiah dengan mengajak keliling jagad.

Keliling Jagad :
a. Posisi badan menghadap keutara.
b. Mrapat, aku keluar ke utara sampai ujung bumi, kemudian aku mengelilingi bumi 7 kali searah jarum jam tetapi makin mengecil seperti putaran obat nyamuk (spiral). Dan yang terakhir aku sudah berada di badanku lagi.
c. Bumi yang besar disabdo kecil sebesar kelereng, kemudian bumi ditelan.
d. Setelah bumi ditelan aku mulai keliling jagad, misal ke planet, ke bulan, ke matahari, dsb. Ketemu apa saja di planet-planet yang dikunjungi.
e. Kemudian turun ke Madinah ke makam Rosulullah SAW, dan menemui Nabi Muhammad SAW., sampaikan salam penuntun kepada beliau dan mohonkan petunjuk untuk penuntun dari Rosulullah serta petunjuk untuk dirinya sendiri agar sukses hidup di dunia dan di akherat, atau petunjuk untuk Negara maupun dunia bersifat nasional maupun internasional.
f. Kemudian kembali ke badan, bumi yang tadi ditelan di keluarkan lagi (dilepeh) dan di sabdo besar kembali semula.
g. Dzikir di jantung, istirahat.

Yang perlu diperhatikan di tingkat cahaya ini adalah :

1. Mencoba terus sampai mahir.
2. Mengembangkan kemampuan, untuk tingkat ini jika ahli maka dapat merubah energi cahaya ke energi materi atau sebaliknya.
3. Sering untuk mengadakan patroli keliling alam semesta, sekiranya ada hal-hal yang negative maka perlu diperbaiki selaku khalifatullah.
4. Mendeteksi nafsu.
5. Memagari dengan cahaya, dsb.
6. Yang penting diperhatikan bahwa manusia mati nafsu-nafsunya harus kembali ke posnya masing-masing. Selama hawa nafsu tidak kembali ke pusatnya maka perjalanan roh ke langit akan tersendat.

Perhatikan Firman Allah SWT., dalam surat Al-Fajr ayat 27, 28 ( 89:27,28) :
27. Hai jiwa yang tenang.
28 Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhai-Nya.

            Tataran pertama, kedua, dan ketiga sudah selesai, ibarat tingkat ini tingkatan perjalanan Isro’. Hanya sampai di tingkat ini penuntun berhak untuk menuntun. Tataran selanjutnya sudah bukan hak penuntun lagi. Maka berusahalah semaksimal mungkin untuk dapat izin melanjutkan ke tingkat terakhir (tingkat akademis). Sekiranya sudah ada tanda-tanda atau ilham dari Allah SWT., maka berarti di izinkan untuk Mi’roj. Umumnya keadaan itu adalah aku sudah bisa sholat berjama’ah di Baitul Makmur yang arahnya di atas Ka’bah. Jadi pada waktu sholat, aku merasa di depan Ka’bah, atau sujud merasa di bawah telapak kaki Allah, sampai kalau tahu-tahu sudah berada di Baitul Makmur itu tanda-tanda di izinkan untuk Mi’roj.

*) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tuntunan ini antar lain adalah :

1, Kebenaran hasil riset adalah tergantung pada tingkat keyakinan, makin yakin makin benar, makin tidak yakin (ragu-ragu) makin salah. Maka ilmu ini disebut ‘ilmu yaqin. Meyakini Allah SWT,. adalah mutlak, maka dengan bekal ‘ilmu yaqin ini (hanya sebagian kecil dari ajaran islam), di tuntun untuk bisa menghayati rukun iman yang enam semaksimal mungkin. Sekali lagi jangan ragu-ragu, dan belajarlah islam secara utuh (kaffah).
2. Kebenaran juga tergantung pada prinsip alat yang digunakan, alat yang paling tepat adalah hati nurani, karena lesan manusia bisa menipu tetapi bukankah hati nuraninya tidak dapat menipu ? Apalagi pikiran manusia bisa berbuat salah, perasaan juga bisa salah apalagi nafsu, panca indera dsb., cenderung bisa salah, maka yang paling tepat adalah hati nurani, maka pahamilah bagan proses bekerjanya mental sebaik mungkin.
3. Dalam hal keilmuan ini (dalam hal pengalaman riset) tidak ada kritik, masing-masing individu bisa punya pengalaman yang berbeda-beda untuk sasaran yang sama, hal itu karena semata-mata hanya atas ridho Allah SWT., manusia tidak berwenang mutlak dalam masalah gaib. Hati-hati jangan sampai kita tertipu tipu daya syetan.
4. Oleh karena itu orientasi pada hasil, tidak pada proses, namun demikian proses yang benar juga harus diperhatikan. Sebagai contoh untuk satu jenis penyakit, sekian orang dokter memberikan resep yang berbeda-beda, tetapi ternyata kalau resep itu digunakan sama-sama membuat kesembuhan. Jadi proses yang dilakukan bisa berbeda-beda tetapi hasilnya sama sesuai tujuan yang dilandaskan pada Ridho Allah SWT.
5. Dalam beribadah semaksimal mungkin mengerjakan yang wajib, baru menambah dengan yang sunat. Perbanyaklah sholat sunat, puasa sunat, mengurangi tidur di waktu malam hari (bukan berarti diganti dengan tidur siang).
6. Berbuat baik kepada seluruh makhluq, tetapi tidak tergantung seluruh makhluq dalam rangka ke ikhlasan, kewajiban dan manembahnya kepada Allah SWT., ketergantungan akan makhluq lain sebatas pada tanggungjawab yang dipikulnya saja, pada amanah dan selaku khalifatullah.
7. Secara kuantitas dzikirnya tidak terputus, dan secara kualitas selalu meningkatkan diri. Dzikirnya sudah menyatu dengan Allah SWT., dan kesadarannya sudah seluruh bagianku, syukur-syukur dapat dzikir dengan seluruh makhluq.
8. Tidak putus-putusnya berusaha mengenal Allah SWT.
9. Dll., pengertian dan pemahaman serta penghayatan yang dapat memaksimalkan dalam belajar tuntunan ini khususnya, dan dalam beragama Islam pada umumnya.
10. Teruslah berada dalam satu kesatuan system Ilahiyah.

V. Tataran Keempat :

            Dzikir universal, sampai berasa semutan mulai dari ujung kaki sampai menjalar keseluruh tubuh, terus dzikir ditarik disatukan ke jantung sampai berasa sebesar kelereng, naik ke atas, ke luar dari badanku (pintu keluarnya hanya seujung jarum), mulai mengadakan perjalanan mi’roj, penuh kehati-hatian, tidak sembrono tidak main-main, dengan bekal iman yang mantap dan i’tikad yang lurus dan atas izin dari Allah SWT. Semata.

1. Langit 1 :
a. Naik lurus sampai situasi alamnya kebiru-biruan (biru moyo-moyo), dicari pintu langit 1, dijaga oleh malaikat yang berpakaian putih dan mempunyai sayap. Minta izin untuk masuk ke langit 1.
b. Ternyata alamnya lebih luas dibanding alam semesta, tetapi makhluqnya lebih sedikit. Diantara roh manusia yang berada di langit 1 mungkin ada yang kita kenal, maka bisa diajak dialog.
c. Taman-tamannya sangat indah dikelilingi bidadari, boleh dipandang dilarang memegang/mengganggu.
d. Melanjutkan ke langit 2.

2. Langit 2 :
a. Setelah cukup di langit 1 maka aku terus naik mencari pintu langit 2. Dilangit 2 pintunya juga dijaga malaikat, aku minta izin untuk masuk langit 2. Ternyata alamnya  lebih indah dibanding langit 1, tetapi makhluqnya lebih sedikit dibanding yang berada dilangit 1.
b. Kemudian aku melanjutkan perjalanan ke langit 3.

3. Langit 3 :
a. Proses sama, alamnya lebih indah, tetapi makhluqnya lebih sedikit.
b. Aku melanjutkan ke langit 4.

4. Langit 4 :
a. Proses sama.
b. Aku naik lagi ke langit 5.

5. Langit 5 :
a. Proses sama.
b. Aku naik lagi ke langit 6.

6, Langit 6 :
a. Proses sama.
b. Aku naik lagi ke langit 7.

7. Langit 7 :
a. Proses sama.
b. Aku naik lagi ke alam malakut.

8. Alam Malakut :
a. Aku harus lebih berhati-hati berada di alam suci, alamnya para malaikat.
b. Di alam ini ada sebuah bangunan raksasa seperti gedung pertemuan, aku masuk gedung itu ternyata di dalam ada banyak pintunya yang menghubungkan berkamar-kamar. Masing-masing kamar mempunyai fungsi sendiri-sendiri, ada kamar khusus membagi rizqi, kamar pengobatan, dsb.
c. Kemudian aku mengadakan perkenalan dengan para malaikat di sebuah tempat pertemuan. Aku duduk di depan dekat malaikat Jibril, kursi tempat dudukku berbentuk ukir-ukiran dan didepanku duduk ada sekitar 25 malaikat yang masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri.
d. Setelah selesai saling memperkenalkan diri, aku terus menuju kesuatu tempat yang disitu seperti ada kentongan yang sangat besar. Aku memukul (nabuh) kentongan itu, ternyata berdatangan banyak sekali malaikat menghampiriku. Aku lalu memberi tugas malaikat itu.
e. Kemudian aku melanjutkan perjalanan naik pindah alam.

9. Alam Lauh Mahfuzh :
a. Aku lebih berhati-hati.
b. Sekarang aku berada di lauhul mahfuzh yang berada di alam lahut.
c. Disini ada juga gedung yang besar, di dalamnya seperti perpustakaan raksasa, buku-bukunya juga besar-besar. Untuk masuk gedung itu aku minta izin penjaganya. Di dalamnya aku mencari buku catatanku, aku membukanya ternyata seperti film kehidupan dari lahir sampai mati, ada semua disitu. Setelah buku kututup kukembalikan lagi ke tempatnya.
d. Aku keluar dan pamit pada penjaganya, kemudian pindah alam lain.

10. Alam Jabarut :
a. Aku naik lagi masuk alam jabarut yang berada di alam lahut.
b. Disini tersedia kendaraan berupa : burung ababil, burung garuda, gajah putih serta burok.
c. Aku dihampiri salah satu kendaraan itu, kemudian aku menaikinya dan berkeliling ke alam jabarut, alamnya para nabi, wali dan syuhada.
d. Aku mencari Rosulullah SAW., setelah bertemu Rosul aku membaca sholawat.
e. Kemudian aku berpamitan pada Nabi Muhammad SAW., aku terus melanjutkan perjalanan naik dengan kendaraan sampai ujung, ganti alam lagi.

11. Nur Muhammad :
            Setelah sampai tempat yang paling atas di alam jabarut aku turun dari kendaraan. Dengan bekal iman dan mengikuti seberkas cahaya putih aku menembus alam Nur Muhammad terus naik, makin naik makin luas alamnya, sampai tahu-tahu aku sudah ganti alam yaitu alam Nur Ilahi.

12. Nur Ilahi :           
            Aku tetap mengikuti setitik cahaya terus naik keatas sampai pada puncaknya, kemudian aku masuk ke Arsy.

13. Arsy :
            Aku berada di kerajaan Allah SWT., laksana istana Kristal berdiri tanpa tumpuan/sandaran, tertambat tanpa tambatan, seolah mengambang (ngawang/nggantung tanpa sandaran dan centelan).
  1. Aku memuji kebesaran Allah SWT.
  2. Aku membaca sholawat.
  3. Aku istighfar.
  4. Dan aku berdoa langsung sujud di depan Allah SWT.
  5. Dan dengan penuh sopan santun aku melihat sekeliling Arsy singgasana Allah SWT., dari Arsy aku bisa melihat semua makhluq dan keadaannya, serta semua alam semesta. Arsy masih bertingkat, ada alam jamrut, alam mirah dsb., aku sudah puas berada di sekeliling Arsy tersebut.
  6. Aku yakin inilah yang disebut Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raaji’un, nantinya bila ajal tiba.
  7. Dan inilah yang dimaksud dalam sholat, sholatnya bisa Asholatu Mi’rojul Mu’minin.

VI. Penutup :
1, Belajar tuntunan ini pada dasarnya belajar mati, agar kelak sewaktu-waktu ajal tiba sudah tahu tempat tujuannya.
2. Belajar tuntunan ini juga pada dasarnya belajar sholat, agar senantiasa sholatnya bisa tambah khusyu’, sholatnya bisa Asholatu mi’rajul mu’minin.
3. Dzikirnya Da’im (langgeng).
4. Menjadi hamba Allah SWT., yang mukhlisin (ikhlas).
5. Adapun ada yang mempunyai kemampuan lebih dari manfaat tuntunan ini semata-mata atas usahanya yang gigih dengan harapan menjadi waliyullah (kekasih-kekasih Allah SWT.).
6. Amien Yaa Robbal ‘Aalamien.

Jakarta : 6 Des 2010

3 komentar:

  1. Subhanallah...terimakasih atas share pengetahuannya wahai hamba Allah...

    BalasHapus
  2. amin . aku suka. alhamdulillah. terima kasih admin/alhasya.

    BalasHapus